Friday, December 16, 2011

Mahal nya Sebuah Kata "Terima Kasih"


Coba tanya pada diri sendiri kapan terkahir kali kalian ingat mengucapkan terima kasih ? mungkin saya, anda sudah lupa, mungkin juga pada saat ini kalimat terima kasih sudah cukup langka di dengar atau di ucapkan.

Ya ini terjadi pada saya, kemarin saat layanan Internet yang saya pakai error yaitu layanan dari Indosat M2, maka kalang kabut lah saya, karena pekerjaan saya sangat tergantung pada sambungan internet, saya coba menghubungi Cs indosat melalui web nya, tidak ada respon, lalu saya coba melalui fanspage di Faceebook, dan saya lihat banyak yang senasib dengan saya melaporkan error yang terjadi.

Pada laporan di fanspage saya melihat banyak yang mengutarakan keluhan dengan penuh emosi, dan hinaan, sungguh miris, apakah bangsa kita sebengis ini ? ya mungkin karena mereka kecewa dan banyak urusan yang penting yang harus di selesaikan.

Pada pagi ini saat tulisan ini ini di buat,sambungan Internet sangat lancar, dan cepat, saya penasaran dan melihat ke fanspage Indosat, namun apa yang terjadi ? TIDAK ADA yang mengucapkan terima kasih satu pun termasuk saya, atas kelancaran sambungan Internet, padahal saat gangguan mereka komplain dengan semangat.

Ada apa sebenarnya dengan bangsa ini ? melihat ke lebih kompleks kita sering di suguhi berita berita yang lebih menghujat atas kekurangan sebuah lembaga, atau pemerintah, dan hanya sedikit kita melihat berita tentang keberhasilan sebuah lembaga atau pemerintah.

Kita lebih banyak melihat bahasan tentang kegagalan sebuah program, dari pada keberhasilan program yang lain, kenapa masyarakat kita lebih senang menjerit dan mengeluh ketika ke susahan, dan diam bahkan lupa ketika senang.

Selalu menyalahkan dan merasa sebagai orang yang paling teraniaya ketika di rugikan, tapi hanya diam dan menikmati sendiri sebuah kesenangan atau kebahagiaan. Sangat jarang atau bahkan ga ada sama sekali berita tentang demo mahasiswa yang mengucpkan terima kasih atas hidup yang tenang di Indonesia.

Kadang saya suka gemes sendiri, pada mahasiswa atau orang orang yang suka demo anarki di jalan merasa di rugikan atas sesuatu oleh pemerintah atau lembaga, katanya memperjuangkan rakyat, tapi toh memblokir jalan, lempar lemparan, merusak yang justru malah merugikan rakyat itu sendiri.

Kadang suka ada ide nyeleneh gimana kalo Mahasiswa yang anarkis, yang merasa Indonesia itu tidak nyaman, suruh hidup dua bulan di Afganistan, atau di Somalia, atau di Eutopia, supaya mereka bisa merasakan bagai mana sulitnya hidup di sana.

Wednesday, December 14, 2011

Di Balik Pengunduran Diri Rahmad Darmawan

Cukup mengejutkan denger berita kemaren tentang resminya Rahmad Darmawan mengundurkan diri dari kursi kepelatihan Timnas U-23, ada dua hal yang saya rasakan waktu pertama kali mendengar berita ini, yaitu sangat di sayangkan dan salut.

Sangat Di sayangkan karena Rahmad Darmawan adalah sosok pelatih berkualitas yang tidak hanya baik dalam teknik tapi juga sempurna dalam membangun kondisi tim. Kondisi dalam tim merupakan faktor yang sangat penting, karena sebagus apapun sebuah tim jika kondisi tidak kondusif tidak akan tercipta tim yang solid. Kita bisa melihat bagaimana komunikasi yang baik yg di lakukan Rahmad Darmawan sehingga tercipta tim yang lebih seperti keluarga hal yang tidak gampang di lakukan oleh seorang pelatih.

Salut, Rahmad Darmawan bisa dan mau mengakui kalo dirinya telah gagal, dia merasa bertanggung jawab atas ke gagalan membawa timnas merebut emas di sea games. Mengakui kegagalan adalah hal yang paling mahal di negeri ini, bagai mana kita melihat kegagalan dari pejabatn maupun yang lainnya tapi mereka bisa dengan tenang mencari kambing hitam untuk ke gagalan itu, tapi tidak untuk Rahmad Darmawan, di balik euforia pujian untuk dirinya karena sanggup membangun tim yang solid, dia tetap gentle dan mengajui dia gagal padahal mungkin kita sendiri sebagai penikmat sepak bola tidak merasa kalo Rahmad Darmawan gagal.

Andai para pejabat PSSI bisa berkaca pada ke gentleman an Rahmad Darmawan seharus nya mereka malu carut marut kondisi persepak bolaan Indonesia adalah akibat egoisme mereka yang tidak mau mengakui ke gagalan kerja mereka.

Dari kejadian semua ini kadang terbesit bagai mana kalo kita memilih Rahmad Darmawan menjadi ketua PSSI ? Biarlah sepak bola di pegang oleh orang yang mengerti sepak bola.

Hmmm,, mungkin sebuah impian yang dangkal tapi ini suatu harapan untuk menjadikan sepak bola Indonesia menjadi lebih baik. Semoga...